Minggu, 13 November 2011

Cegah Penyakit Jantung Koroner dengan Diet dan Gaya Hidup

Penelitian penyebab penyakit jantung koroner masih terus berlangsung. Sejak awal kolesterol memainkan peran utama dalam penelitian terhadap sumber penyakit jantung koroner. Kolesterol adalah unsur pokok yang menyusun plak aterosklerosis. Oleh karena itu, ada hubungan langsung antara kolesterol dalam makanan (misalnya telur), kolesterol dalam darah,  dan komplikasi klinis yang dapat ditimbulkannya (seperti infark miokard).

Belakangan diketahui bahwa kolesterol dari makanan hanya sedikit berperan pada pengaturan kadar kolesterol serum. Telah diketahui pula bahwa asam lemak dari makanan adalah faktor utama yang menentukan kolesterol serum. Studi tentang metabolisme lipoprotein menunjukkan bahwa kolesterol yang kaya akan komponen LDL adalah kolesterol yang berhubungan erat dengan perkembangan aterosklerosis, bukan kolesterol total. Penelitian eksperimental sangat penting untuk memahami mekanisme dan interaksi berbagai faktor yang mengatur kadar kolesterol serum; mulai dari faktor genetik, hormon, maupun diet. Kadar kolesterol LDL dapat meningkat oleh adanya asam lemak jenuh (khususnya asam lemak dengan 12 atau 16 atom karbon) dan oleh asam lemak trans.

Sudah cukup banyak bukti yang mendukung bahwa bahwa rokok, alkohol, dan aktivitas fisik adalah faktor penentu yang penting pada penyakit jantung koroner. Studi-studi telah memperlihatkan hubungan yang kuat dan bertingkat antara rokok tembakau dan penyakit jantung koroner. Asupan alkohol moderat (1 atau 2 gelas per hari dihubungkan dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner sebesar 30%-40%. Hubungan antara diet, gaya hidup, dan metabolisme lipoprotein menentukan perkembangan aterosklerosis dan komplikasinya.

Studi lintas budaya skala kecil di Amerika, Jepang, Eropa Utara dan Selatan memperlihatkan bahwa kadar kolesterol tinggi terdapat di negara Amerika dan Finlandia, namun rendah di Jepang dan Eropa Selatan. Peneliti juga membedakan perburukan penyakit jantung koroner dan mengobservasi perbedaan pola diet. Berbagai studi lintas budaya lanjutan telah meneliti berbagai faktor lainnya seperti gaya hidup (merokok), faktor risiko biologis (kolesterol serum, tekanan darah, dan indeks massa tubuh), dan penyakit jantung koroner; dan ternyata faktor-faktor di atas dapat berpengaruh pada kadar kolesterol serum rata-rata dan kecepatan kematian akibat penyakit jantung koroner.

Hasil dari beberapa studi prospektif memperlihatkan bahwa seseorang dengan tingkat faktor risiko biologis rendah (kolesterol serum dan tekanan darah) dan seseorang yang menjalani gaya hidup sehat dan diet berada pada risiko penyakit jantung koroner yang rendah. Hal ini menegaskan fakta yang didapatkan dari studi lintas budaya bahwa populasi kecepatan kematian penyakit jantung koroner sebagian besar dipengaruhi oleh makanan dan rokok.

Pengaturan diet yang bertujuan mengurangi risiko penyakit jantung koroner tidak hanya dilakukan dengan menurunkan kadar kolesterol melainkan juga dengan mengatur pola makanan yang berpengaruh terhadap sindrom metabolik. Studi DART (The Diet And Reinfarction Trial) memperlihatkan 32% penurunan kematian akibat penyakit jantung koroner dan 29% penurunan kematian karena semua penyebab diakibatkan oleh konsumsi minyak ikan minimal 2 kali seminggu. Sedangkan studi diet dari DASH (diet kaya buah, sayuran, dan produk olahan susu rendah lemak jenuh, dan menjaga agar asupan natrium diturunkan dan asupan kalium, kalsium, dan magnesium ditingkatkan) memberikan efek penurunan tekanan darah.

Untuk pasien jantung juga sangat penting untuk berhenti merokok. Sebuah studi memperlihatkan bahwa jika 36% pasien jantung berhenti merokok, akan memberikan hasil penurunan kematian akibat komplikasi kardiovaskular sebesar 30%.


Implikasi pencegahan primer dan sekunder terhadap penyakit jantung koroner

Faktor diet, merokok, alkohol, dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko penting terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Dulu dianggap bahwa pola diet dan perubahan gaya hidup hanya penting untuk pencegahan primer. Namun belakangan diketahui dari hasil penelitian terhadap pasien-pasien jantung yang berisiko tinggi, bahwa penurunan risiko penyakit jantung koroner dapat dicapai dengan mengatur pola diet dan gaya hidup. Selain itu kadar kolesterol dan tekanan darah berhubungan dengan risiko penyakit jantung koroner baik pada individu yang sudah memiliki riwayat penyakit jantung koroner maupun belum. Yang membedakan kelompok dengan riwayat penyakit jantung koroner dan yang tidak mempunyai riwayat adalah bahwa pasien penyakit jantung koroner memiliki risiko absolut terhadap serangan jantung lebih tinggi daripada orang normal.



Sesuai dengan laporan dari European Society of Cardiology pada ”pencegahan penyakit jantung koroner pada praktik klinis”, pedoman diet dari American Heart Associations-The National Cholesterol Education Program, dan kesimpulan dari perbandingan data mortalitas internasional; gaya hidup yang direkomendasikan untuk mencapai kesehatan optimal adalah:
1. hindari merokok 
2. hindari konsumsi alkohol yang berlebihan 
3. rutin beraktivitas fisik (jalan cepat, bersepeda, berkebun) minimal 30 menit setiap hari




    Adapun diet yang direkomendasikan adalah :
    1. jaga keseimbangan energi, dinyatakan dengan indeks massa tubuh di bawah 25 kg/m2
    2. konsumsi < 10 % energi dari lemak jenuh
    3. konsumsi < 2 % energi dari lemak trans
    4. makanlah ikan minimal 1 kali setiap minggu
    5. makanlah ≥ 400 gram sayuran dan buah per hari
    6. batasi konsumsi garam sampai < 6 gram/d

    Jika rekomendasi tersebut diikuti, risiko penyakit jantung koroner dapat berkurang cukup signifikan pada banyak orang yang berumur < 70 tahun, di samping juga menurunkan biaya untuk berobat saat usia tua.

    Referensi:
    Kromhot D, et al. Prevention of Coronary Heart Disease by Diet and Lifestyle : Evidence From Prospective Cross-Cultural, Cohort, and Intervention Studies. Circulation 2002, 105 :893-898 


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar